Selasa, 04 November 2008

Berani Mengambil Resiko

Dalam perjalanan hidup Jenderal Sun Tzu dikisahkan bahwa strategi perang untuk mencapai kemenangan itu bisa berubah detik demi detik, demi mengimbangi atau menganntisipasi perubahan strategi musuh. Strategi ini berpijak pada dasar pemikiran bahwa cara terbaik untuk menang perang adalah dengan menguasai kemampuan membaca jalan pikiran ahli strategi musuh. Dan barangsiapa mengetahui jalan pikir musuh dan mengetahui titik-titik kelemahannya, dipastiikan dia bisa memenangkan adu strategi tersebut.

Namun setiap strategi pasti mengandung risiko. Dan strategi peran Sun Tzu ditegaskan adanya prinsip mendasar yang mengatakan, "Kemenangan besar hanya bisa dilakukan orang yang berani ambil risiko besar". Prinsip ini menegaskan bahwa tanpa keberanian mengambil taktik berisiko besar, maka kemenangan besar sulit diraih. Inilah inti dari strategi perang Sun Tzu yang mensinergikan antara strategi perang yang cerdik dan matang dengan keberanian mengambil risiko besar demi kemenangan yang besar pula.

Dalam kehidupan non-kemiliteran pun seperti bidang manajemen, kewirausahaan, maupun kehidupan pribadi, kita mengenal prinsip strategi dan risiko semacam ini. Mungkin kita telah menyusun rencana dan menetapkan strategi untuk melakukan investasi, memulai bisnis baru, melakukan diversifikasi maupun ekspansi usaha. Ada target-target dan mimpi-mimpi besar dalam setiap tindakan tersebut. Ada peluang dan tantangan. Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah faktor risiko yang sudah pasti ada dan melekat dalam setiap action kita. Ada risiko gagal, ada risiko berhasil. Itu pasti!

Contoh: mungkin berdasarkan perhitungan yang begitu matang, kita memiliki kemungkinan keberhasilan di atas 70%. Memang dalam strategi Sun Tzu kita diwajibkan untuk bisa memetakan keberhasilan lebih dulu. Memastikan kemenangan baru melakukan perang. Nah, jika rencana dan strategi telah dieksekusi sementara hasil yang didapat tidak sesuai perhitungan, itulah risiko sebuah action. Kita tidak mungkin berhenti bertindak hanya karena ingin menghilangkan sama sekali risiko kegagalan.

Seperti dalam kata-kata mutiara yang saya ciptakan, yang berbunyi; "Memang di dalam kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi kita harus berani memastikan apa-apa yang ingin kita raih". Jadi dalam lapangan hidup apa pun, strategi itu penting. Tetapi keberanian mengambil risiko juga sangat penting. Ingat, strategi tanpa keberanian mengambil risiko tidak akan membawa kita ke tujuan apa pun.

Demikian dari saya,
Salam sukses luar biasa !!!

Senin, 20 Oktober 2008

Hafidz Dituding Ingkari Janji

Warga Krayan Ditelantarkan, Besin-Minyak Tanah Rp20 Ribu Per Liter

NUNUKAN-- Warga Krayan menuding Bupati Nunukan Abdul Hafid ingkar terhadap janji yang pernah disampaikannya saat kampanye Pilkada 2006 lalu. Kepala Adat Krayan Hilir, Lalung Balang mengatakan, janji Hafid akan membangun kawasan perbatasan di Krayan saat pesta demokrasi 2 tahun lalu itulah yang membuat pasangan incumbent tersebut didukung 70 persen warga Krayan saat pilkada.
"Kenyataannya apa? Tidak ada pembangunan yang penting di sini, masyarakat terus-terusan menderita," kata Lalung Balang, saat berdialog dengan anggota DPRD Nunukan, Kornalius Tadem.
Pada acara yang diikuti puluhan warga Long Umung dan Pa' Raye' yang berlangsung di Balai Pertemuan Umum (BPU) Long Umung, Sabtu (18/10) lalu itu, Lalung Balang mengklaim jika pembangunan selama ini belum banyak memberikan manfaat bagi warga Krayan.
Ia menyoroti masih terisolirnya warga di Krayan yang hanya bisa dijangkau dengan menggunakan pesawat. "Di sini warga tertekan, harga Sembako tinggi karena hanya bisa diangkut menggunakan pesawat. Lebih murah kami pikul Sembako dari Lawas, Malaysia. Orang miskin semakin tertekan," katanya menumpahkan uneg-uneg.
Lalung mengungkapkan, harga 1 liter bensin maupun minyak tanah bisa mencapai Rp20 ribu. Akibatnya, ada warga yang mencari damar sebagai pengganti minyak tanah, untuk menghidupkan lampu teplok.
"Kami mau membuat jalan darat, tapi digagalkan. Alasannya pemerintah masih sanggup. Tapi 8 tahun tidak ada realisasinya, karena ini taman nasional, hutan lindung. Sepertinya hutan dan binatang lebih berharga dari manusia di Krayan," katanya.
Warga juga merasa seringkali dibohongi. "Apapun keinginan kami, pemerintah kabupaten iya-iya saja. Tapi kami sepertinya dikondisikan seperti ini, apa mereka mau menghapuskan kami," ujarnya.
Lalung berpendapat, jika Pemkab Nunukan tak memiliki perhatian terhadap warga Krayan, lebih baik tidak ada pemerintah di Krayan. "Lebih baik kami buat istana di angkasa, daripada kami menderita terus. Tidak ada zaman modern di Krayan, kami masih hidup menggantungkan hutan. Biarkan kami hidup dengan hukum adat tanpa pemerintah kalau tidak diperhatikan," ujarnya. (noe)-www.korankaltim.com